Sabtu, 23 Oktober 2010

Selamat Tinggal Kakak !

“Ify … Ify …” Panggil mamaku.
“Iya ma ....” Jawabku.
“Sudah siap belum ?” Tanya mamaku dari depan pintu kamarku.
“Sebentar lagi ma, tunggu ya..” Jawabku lagi.
“Iya, mama tunggu di meja makan ya sayang” Ujar mamaku.
“Siap ma .. Sedikit lagi kok!” Balasku.
Waktu terus berjalan, kini aku berjalan lesu menuju mobil yang sudah berada di depan rumahku. Aku merasakan firasat buruk yang akan di alami oleh keluargaku . Dalam hati, aku terus menyebut nama tuhanku, Allah SWT.
“Fy, kamu gak apa-apa kan?” Tanya kembaranku cemas, Debo.
“Gak ko De.. aku gak apa-apa” Jawabku hendak masuk kedalam mobil dan duduk di sofa yang empuk dalam mobilku.
“Bener Fy ? aku serius Fy!” Kakaku meyakinkan .
“Iya De, iya ..” Jawabku yakin.
Ketika semua sudah siap temasuk anggota + barang-barang yang akan di bawa, mobil segera berjalan menuju tempat yang di tuju, Pelabuhan Kota.
‘Ya Allah, Tolong lindungi aku dan keluargaku selama perjalanan ya Allah… Amiin!’ Doa ku dalam hati sambil menatap kaca jendela .
“Hey ! Ify ! Helloo !” Debo melambaikan tangan di depan wajahku.
“Eh, iya De ? Ada apa?” Tanyaku refleks .
“Kamu tuh, kenapa sih Fy? Kamu sakit? Ko jadi lesu gitu? Biasanya kamu kan ceria .. Ayo dong, becanda lagi .. Jangan diem-dieman!” Celetuk Debo.
“Ih, apa sih De ? Ify gak apa-apa ko, yee ..” Kataku menutupi rasaku.
“Iya deh, Iyaa ..” Debo pun mengalah .
Aku dan Debo hanya bermain injak-injakan kaki , aku menginjak kaki kakaku dan sebaliknya , sampai akhirnya aku pun menjerit keras …
“AAAWWW!! DEBO ! Apaan sih ! sakit banget ih ! gatau apa, sepatu mu itu pake paku !liat tuh, sepatuku yang suci dan bersih ini jadi enggak banget !” Ringis ku lebay sambil memegangi kaki ku yang telah di injak oleh Debo .
“Halah .. Ify lebay deh ..” Ujar Patton, Spupuku.
“Hehehe .. Biarin, kan aku gak kaya kamu Ton, setiap saat selalu lebay..” Kataku mengejek . Patton hanya merengut kesal .
“Mending kita foto-foto!” ucap Bunda, Ibu dari Patton.
“Hayyuuk !” Kataku, dan Angel, Spupu ku yang lain.
Lumayan banyak foto yang sudah tersimpan di dalam memori, setelah kita berpose bebas, kita mengemil dengan canda dan tawa.
“Ma, pemandangan nya bagus banget yaa ..” Ujar Debo ketika sampai di Pelabuhan.
“Iya, kita foto yuk..” Ajaku.
“Yuk..”
Ketika kami berpose riang, aku teringat sesuatu.. Debo. Ya, Debo. Aku lupa memasukan Obat nya kedalam tas. Masya Allah, aku baru teringat Debo mempunyai suatu penyakit, penyakit yang membahayakan. Aku sangat bersalah .. Sangat bersalah.
“Astaghfirullah, Ify.. kenapa bisa lupa sih ? kamu pengen kakaku kembarmu itu sakit, kamu itu gak ngerasain sakit nya Fy, kamu jahat banget sih !” Kataku pada diri sendiri
-- Mobil-mobil beserta isinya pun mulai menaiki kapal yang sangat besar . Disana, aku memperhatikan Debo yang sedang tertawa bahagia menikmati alam yang masih sangat utuh. Air Laut yang masih jernih, dan tumbuh-tumbuhan di pulau kita lewati.
“Ya Allah De, maafin aku ya De .. Aku bener-bener lupa masukin obat Debo .. Aku minta maaf De ..” Ujarku pada Alam yang aku pandang dengan dagu yang di pangku oleh tangan .
“Kenapa Fy?” Tanya seseorang menepuk pundaku
“Eh, enggak .. gak apa-apa ko..” Aku membalik badan, ternyata papaku.
“Oh, ya sudah .. Sekarang kita foto yuk !” Ajak papaku.
“ Gak ah , Ify lagi gak mood” jawabku.
“Ya sudah” Kata papaku singkat.
Aku terduduk di kursi sambil mengamati suasana alam, perasaanku semua bercampur aduk. Sedih, gembira, khawatir, dan takut.. Tiba-tiba mataku tertutup, penglihatanku gelap. Aku berusaha melepas benda itu dari mataku. Ya, tangan seseorang yang sedang menjahiliku.
“Iiih, siapa sih? Patton ya ? iya kan?” Tebakku masih dalam mata tertutup. Tak ada jawaban.
“Iiih.. Lepasin dong !” Pintaku masih berusaha melepaskan tangan itu.
“Iya, iya !!” Akhirnya tangan itu terlepas dari kulit kelopak mataku.
“AAAAH ! Debo apa-apaan sih ! jadi burem mata aku!” gerutu ku memukul bahu Debo polos.
“Maaf deh Fy, maaf ya..” Sesal Debo.
“iya…” Kataku singkat .
Tiga jam berlalu, aku masih termenung di kursi kapal . perjalanan belum sampai, mungkin sebentar lagi. Aku masih memikir kan keadaan kakak kembarku , yang paling aku sayang. ‘De, aku minta maaf.. aku bener-bener lupa.. maafin aku ya De’ Batinku.
-- Tiga hari berlalu, aku masih memikirkan tentang kondisi kakak kembarku. Aku sudah menceritakan semuanya pada mamaku, mamaku memaafkan dan berusaha membantuku untuk melindungi, dan menjaga kondisi Debo. Ku lihat, Debo begitu sangat ceria, dan bahagia .
Aku sekarang berada di Palembang, tepatnya Baturaja. Rumah-rumah adat berjejer rapih, suasana gembira terdapat disini. Bermain dengan anak-anak yang belum kita kenal, dan menikmati indahnya alam yang masih utuh .
“Aduuh..”
“Debo ! Debo ! kamu gak kenapa-kenapa kan?” Aku menghampiri kakaku yang sedang merintih kesakitan dan memegangi dada sebelah kiri nya.
“Debo ! kambuh lagi De?” Aku makin khawatir dengan keadaanya. Aku memangku kepala Debo di pahaku.
“Debo ! De !” Aku memukul-mukul pipi kakaku, bermaksud menyadarkan. Pipinya dingin, seperti sedang keringat dingin menahan rasa sakit.
“Ify , sakit Fy..” Rintih kakaku lagi.
“Mamaa ! Mamaa !!” Panggilku panik.
“Ada apa Fy ?” Tanya mamaku menghampiriku. “Masya Allah ! Debo ! Debo ! kambuh lagi penyakitnya Fy?” Tanya mamaku mulai panik.
“Iya Ma .. Obat nya gak ada Ma, semua karna Ify ! Gara-gara Ify, Debo jadi begini Ma! Ify salah” Aku menyalahkan diri sendiri .
“Enggak Fy ! ini cobaan buat kita . kita bawa Debo ke rumah sakit! Suruh papa siapin mobil buat ke rumah sakit” Perintah mamaku.
“Kenapa gak ambulans aja mah?” Aku menyempatkan bertanya.
“Gak sekarang Fy nanya nya. Cepat !” Kata mamaku. Aku berlari menemui papaku , dan memintanya menyiapkan mobil untuk ke rumah sakit.
-- “APA ? dokter nya gak ada ?” Seru mamaku.
“Apa ada Rumah Sakit yang lain sus?” Tanya papaku.
“Tidak ada Pak, Bu..” Jawab suster. Aku melihatnya dengan mata berkaca-kaca .
Sekarang, Debo hanya di infus. Tidak di beri alat lain seperti di Jakarta, suasana sekarang berbeda, Rumah Sakit yang ada di perdalaman Desa . Alatnya tidak lengkap, dan dokternya pun tidak ada .
“Ya Allah, selamatkan kakaku ya Allah.” Doaku.
“Ifyy ..” Mama datang dan memelukku.
“Iya Ma, Ify sudah tau semua” Ujarku menahan tangis. Aku membalas pelukannya.
“Sabar ya sayang” Saran mamaku. Tangisku pecah saat itu.
“I..Iya ma.. Ify sabar ko” Jawabku sesenggukan.
“Kita doakan Debo cepat sembuh dan kembali sehat ya, Fy..Ma!” Kata papaku.
“Iya pa” Jawabku dan mama serempak.
“Kita Lihat Debo di dalam” Kata papaku kemudian.
-- Kami bertiga pun masuk ke kamar perawat. Aku memandang sedih sosok kembaranku yang sedang terbaring di tempat tidur dengan tanpa sadarkan diri.
“Debo … Bangun dong … De .. Jangan bikin kita khawatir sama kamu..” Ujarku menggenggam tangan Debo.
“Debo ! bangun ! kamu gak kenapa-kenapa kan?” Kataku lagi mempereratkan genggamanku pada Debo.
-- Tiga jam menunggu, Debo belum siuman. Aku semakin khawatir, dan menyalahkan diri. Berulang kali aku membuang air mataku, aku menangisi Debo. Aku khawatir dengannya.
‘Aku salah ! aku sangat salah ! ini semua karna sifatku yang pelupa ! ini semua karena aku ! kalau aku membawa obat nya, ini semua gak akan terjadi ! namun, takdir ini tak bisa di ubah!’ Omelku pada diriku sendiri.
Mama sama sepertiku, menangis dan mengkhawatirkan serta menunggu Debo. Namun papa, papa menunggu dan mengkhawatirkan Debo, dan kadang menetes kan air matanya yang sangat jarang ia keluarkan.
Hingga sampai sesaat, Debo tiba-tiba kejang-kejang.
“De ! Debo !” Seru mamaku.
“Debo ! kamu kenapa? Deboo !” Aku mulai histeris.
“SUSTER ! SUSTER !!” Panggil mamaku panik.
“DEBOO !” Aku menangis sambil memeluk Debo. Mamaku masih mencari suster dan dokter di luar .
Suster pun datang, aku menangis dipelukan mama. Aku menyalahkan diriku lagi . Aku tak tega pada mama, papa.. Bila harus kehilangan satu-satu nya putra mereka yang kembar dengan diriku. Aku dan Debo memang tak mirip, tapi bagai mana pun juga, aku dan Debo adalah saudara kembar yang tak bisa di pisahkan.
“Ify, kamu sabar ya .. Kita semua do’ain buat Debo kok .. Debo itu juga spupu kita..” Ujar Angel datang bersama patton beserta Bunda, mami Angel memang tak ikut sekarang, karna dia masih bekerja.
“Iya, Fy. Kita tadi sempet shock juga .. tapi kita yakin kok, Debo itu kuat Fy, kan Debo Cowok” Timpal Patton. Angel dan Patton pun tersenyum hambar.
Aku tak punya saudara kandung selain Debo, anak papa dan mama hanya aku dan Debo. Jadi aku tak akan tega bila mama dan papa harus kehilangan salah satu di antara anak kembar satu-satunya.
“Ma, Pa , ini semua karena Ify !” Aku menyalahkan diriku lagi.
“Enggak sayang ! ini semua karna takdir” Jawab papaku cepat.
“Iya,Fy. Ini semua karna takdir, bukan kamu” Timpal mamaku.
Angel, Patton dan yang lainnya hanya melihat kami bertiga sendu.
“Sabar ya Gina, kita selalu doain putramu..” Ujar Bunda pada mamaku.
“Makasih ya Merry, makasih banget” Jawab mamaku memeluk Bunda Merry.
Sampai beberapa saat, ketika aku dan keluarga harus pulang, dan hanya ibu dari mamaku atau nenek ku yang mendampingi Debo.
“Ma, Ify mau di sini aja” Kataku.
“Engga sayang ! kamu harus pulang” Kata mamaku.
“Tapi, Ma …” Aku mengelak.
“Gak ada tapi-tapian .. Kamu harus pulang Ify.” Seru mamaku.
“I..Iya Ma” Aku terpaksa meninggalkan Debo dan nenek di kamar perawat.
Berat rasanya aku meninggalkan kembaranku berdua dengan neneku. Aku ingin menemaninya, aku ingin memeluk nya lagi, tapi ... Semua terlambat, aku sudah berada di jalan menuju rumah neneku yang sejak kemarin aku huni.
‘Ya Allah, aku merasakan firasat buruk. Ya Allah, kenapa kita harus pulang?” Batinku. Aku menangis disepanjang jalan, dan semua tertidur kecuali supirku dan aku.
‘Kok bisa-bisanya sih, mereka seenaknya tidur sedangkan Debo sedang koma? Kenapa?’ Kata batinku lagi.
Aku masih menangis, dan tertidur di mobil.
“Nyonya.. Non .. Den .. bangun.. Sudah sampai” Ujar supirku pada kita semua.
“Apa? Sudah sampai?” Seruku.
“Iya, kenapa Fy?” Tanya mamaku dan papaku. Aku menangis lagi.
“Fy, Ify ! kamu kenapa?” Tanya mama.
“Debo Ma, Pa .. Ify takut Debo kenapa-napa” Jawabku sesenggukan. Mamaku menangis.
‘Astaga ! Mama nangis! Ya Allah ! apa yang telah aku buat? Aku bikin mamaku nangis? Maafkan aku ya Rabb!’ Batinku dalam tangis.
“Yasudah, kita masuk yuk ke rumah” Ajak papa.
-- Aku terbangun, di sebelahku ada Angel. Aku mencari Patton, dia ada di kamar sebelah. Lalu, yang lain? Yang lain kemana? Kenapa kita bertiga ditinggal? Hanya bersama kakeku. Dimana papa?mama?bunda? dan ayah?
“Angel ! Angel ! bangun ! kemana yang lain? Angel !” Aku membangunkan Angel dengan kasar, karna panik.
“Aduuh ! apaan sih Fy ! ngantuk tau !” Angel akhirnya terbangun dengan setengah sadar.
“Aku tau ! kamu ngantuk ! tapi mana yang lainnya?” Seruku masih panik.
“APA? Yang lain kemana Fy? Emang gak ada?” Angel mulai berseru.
“kalo ada ngapain aku bangunin kamu !” Ujarku.
“kamu udah Tanya Patton?” Tanya Angel.
“Belum” jawabku singkat.
“Kita tanya yuk..” Ajak Angel. Aku mengangguk setuju.
Patton masih tertidur pulas, disebelah kanan nya ada kakeku.
“Patton ! Kakek ! bangun dong !” Seru Angel. Keduanya terbangun mendengar suara kerasnya.
“Yang lain kemana kek?” Tanyaku.
“Yang lain ke Rumah Sakit” Jawab kakek.
‘Ataghfirullah ! aku teringat , Debo.! Apa kabarnya?’ Batinku keras.
“Kek ! Ayo kita kesana ! sekarang kek ! sekarang !” Seruku meminta.
“Iya nak ! tenang dulu ya Ify..” Kakek menenangkan .
“Gabisa kek ! ayo sekarang!” Bantahku.
“Ify, tenang ya..” Angel menenangkan.
“Yasudah, kalian bersiap dulu, cuci muka, lalu kita ke sana” Ujar kakek.
Setelah itu, kita bergegas ke rumah sakit, sampai sana, aku menemui mama,papa,bunda dan ayah menangis. Aku menangis, karena merasakan firasat yang sangat buruk.
“Ify, kamu harus percaya ini .. kamu harus tabah.. kamu harus sabar” Ucap mama tiba-tiba.
“kenapa? Debo kenapa?” Tanyaku histeris.
“Debo sudah di panggil sama Allah , kamu harus sabar ya Fy..”
DEG ! aku shock, sangat shock. Angel dan Patton yang mendengarnya sama sepertiku. Kami bertiga menangisi kepergian Debo. Namun aku tahu, sekarang Debo butuh Doa bukan tangis. Aku mendoakan Debo saat itu, memohon pada Allah.
-- Pemakaman Debo selesai, aku menangis saat itu juga, teman-temanku dan Debo ikut menangis. Kami semua mendoakan Debo dengan menangis. Aku melihat langsung jasad debo ditimbun tanah yang dalam.
“Selamat jalan Debo ! Aku sayang sama kamu, kamu kakaku satu-satunya yang paling baik dari yang terbaik. Aku janji, aku gak akan ngelupain kamu, dan selalu mengingat semua kenangan dari foto sampai kejadian. Walaupun sakit sekali rasanya. Aku janji akan jadi yang terbaik untuk mama, dan papa De, aku janji.. kamu kakak aku yang paling aku sayang.. Selamat jalan Debo !” Ucapku sambil menggenggam erat fotoku dan Debo yang paling manis.
“Sabar ya sayang, mama ngerasain yang sama kayak kamu” Kata mama memeluku.
“Enggak Ma, rasanya beda. Aku yang lupa dengan obat Debo. Andai aku gak lupa, ini semua gak akan terjadi” Bantahku membalas pelukan mama.
“Ini semua sudah di rencanakan oleh Allah sayang, Allah membuatmu lupa dengan obat itu. Kamu percaya kan , Allah akan memberikan terbaik untuk hambanya” Nasihat mama.
“Iya Ma, Ify percaya semua itu” Jawabku. Sedetik kemudian, aku melepaskan pelukan dari mama, dan memeluk nisan Debo yang tertulis ‘Andryos Aryanto’. Aku berharap, makamku berada di sebelah makam Debo. Dengan tulisan ‘Alyssa Saufika’.
“Assalamu’alaikum ya ahli kubur Debo. Aku akan memberikan yang terbaik buat mama dan papa” Aku memberi salam pada Debo, dan meninggalkan makam Debo sendiri.
-- Seminggu sekali kami menjenguk makam Debo membawa Doa. Dan aku mulai tertawa, karna ku tahu, Debo sudah bahagia disana.
Sekali lagi aku berkata, “SELAMAT JALAN DEBO ! kakaku yang sangat aku sayang”
TAMAT

1 komentar:

  1. keren banget ceritanya!!!!!!
    apalagi ada Ify Debonya.......
    keren banget deh!!!!!
    jadi pengen nangis aku :(

    BalasHapus