Selasa, 29 Juni 2010

FANFICT_MIMPI SANG BINTANG-PART 11 : SEPASANG CAHAYA

LANJUTAN DARI FANFICT_MIMPI SANG BINTANG-PART 10 : TERPERCIK KASIH

PART 11 : SEPASANG CAHAYA


Perumahan Villa Duta, komplek perumahan elit yang cukup terkenal di Bogor.
Di antara deretan rumah dengan arsitektur hampir sama.
Berdiri kokoh rumah tingkat dua dengan aksen minimalis ber-halaman asri, hijau dan segar.
Di garasi, tampak sebuah sedan berwarna merah dengan bagasi yang juga terbuka.
Ada beberapa travel bag, kantong pvc, dan koper besar disana.
Penuh, nyaris tak bisa ditutup pintu bagasinya.

Dari pintu utama rumah, keluar seorang gadis cantik berkulit putih. Rambut pendeknya dikuncir rapi.
Dia memakai celana jeans dan t-shirt ungu dipadu vest coklat. Memakai shoulder bag yang tampak sesak.

Berkali-kali melihat jam tangannya yang juga berwarna ungu. Wajahnya tampak kesal.

“Maaaahhh. Cepet donk. Takut telat nii. Gimana sih, ah..” Teriaknya.
Dari dalam terdengar sahutan “Yaa, sebentar.”

Nama gadis itu, Oik. Oik gusar tidak karuan. Berjalan mondar-mandir tanpa arah sambil sesekali melihat arloji. Dia menghentakkan kaki karena kesal.

“Iihh..” keluhnya tidak sabar.
“Woii..!!” Tegur seseorang yang dari tadi di dalam mobil. Seumuran dengan Oik.
Cowok itu keluar lalu menyender ke pintu mobil, tangannya memegang kemasan snack.

“Rusuh amat, Buu?” Ucapnya sembari ketawa. Oik melirik sebal. Cowok itu cuek, ngemil.
Oik duduk di kursi depan jendela rumah. Melipat tangan. Pipinya dikembungkan karena kesal.

“Nyantai aja kali. Ga sabar amat. Kan baru hari pertama. Cuma registrasi dan perkenalan gitu aja.” Tambah cowok itu. menggosok hidungnya. Lalu bersin.
“Ahh berisik lo, Patton.” Sahut Oik. Patton menyeringai.
Orangtua Patton nya adalah sahabat orangtua Oik. Patton berasal dari Makassar.
Namun, dia berhasil diterima sekolah di Gema Bhakti bersama Oik.
Maka, jadilah Patton dititipkan pada orangtua Oik untuk mengurus segalanya.

Oik bangun, hendak menyimpan tasnya ke jok mobil.
Namun saat meniti tangga yang sebenarnya dangkal. Kaki Oik keserimpet.
Entah bagaimana kronologisnya. Oik jatuh tersungkur.
Niatnya membantu, namun karena Patton masih kaget karena Oik jatuh tepat di depannya. Dia terburu-buru, dan bagi Oik itu agak kasar.
Oik menolak Patton, sambil mengusap celananya. Meringis, matanya berkaca-kaca.

“Apaan siih!!” Ucapnya ketus.
“Lo kenapa, kok, bisa jatoh gitu? Aneh.” Patton tetap bersukacita dengan tulus ingin membantu.
Oik mengusap poninya yang menghalangi mata. Berjalan pincang dan melewati.
“Gue mau lewat!” Patton bergeser. Oik melempar tas ke jok lalu duduk di lantai, meniup sikutnya yang agak kotor. Patton melihat dengan seksama.
“Yakin lo gapapa?” Tanya Patton sambil melahap snack.

Oik mengerlingkan mata.
“Knock knock knock. Gue-baik-baik-aja. Gue bahkan gak cedera ringan, gak ada pendarahan, dan diyakinkan gak ada penggumpalan darah. Hemoglobin di angka normal. Tekanan darah pun normal. Hanya aja jantung berdegup lebih kencang, dan kayaknya darah mengalir dua juta kali lebih cepat, dan itu normal, karena gue masih kaget! Dan, teriakan lo itu yang bikin gue makin kaget. Dan cara lo mau menolong, yang bikin tangan sakit!” Cerocos Oik, nyaring.

Patton memundurkan wajah. Dia agak shock dengan omelan Oik. Berjengit sambil garuk-garuk kepala.
Bunda Oik keluar dengan panik. “Ada apa, tadi?”
“Ini, tante, Oik ja..”
“Udah siap Mah?” Potong Oik, sambil melirik Patton.
Patton urung melapor lalu mengembangkan senyum lebar. Bunda Oik agak bingung.

“Yah, ayo!!” Bunda Oik agak kikuk. Menenteng clutch bag.
“Bik, saya berangkat.” Serunya.
Bik Wati berjalan cepat, dan menggangguk.

“Jangan bilang apapun soal tragedi tadi. Itu memang musibah diluar prediksi. Kalau lo cerita, gue janji bikin kepala lo hinggap di galaksi lain, dan badan lo nancep di pusat bumi!!”

Patton hanya berdeham dengar bisikan ancaman Oik.
Oik masuk dan duduk di depan. Bunda Oik duduk dibangku supir.
Patton bingung duduk di belakang. Banyak barang berserakan.
Tapi, dia menyamankan diri dan merebahkan tubuhnya ke tas Oik. Oik melirik jengkel.

Dalam benak, Patton sangat tidak ngerti kenapa Oik seolah benci dan memusuhinya.
Ahh, cewek, gumam Patton. Aneh.
Patton mengerenyitkan hidung, Oik melihat dan melotot galak.
Patton tertawa, snack dimulutnya ambrul keluar.
Oik mendesih, kena cipratan di punggungnya.
Bunda Oik mengulum senyum melihat dua cahaya bersinar terang yang sering berbeda persepsi dan pendapat.
Dua anak penuh bakat dan cerdas.

_________________________________________________________________________________
LANJUT KE FANFICT_MIMPI SANG BINTANG-PART 12 : THE BEGINNING

Tidak ada komentar:

Posting Komentar