Selasa, 29 Juni 2010

FANFICT_MIMPI SANG BINTANG-PART 8 : NAMAKU CAKKA

LANJUTAN DARI FANFICT_MIMPI SANG BINTANG-PART 7 : KISAH OBIET

PART 8 : NAMAKU CAKKA


Yups!! Pagi ini benar benar sakti!!
Cakka bisa merasakan auranya saat mataku terbuka dan melihat neon di langit langit kamar.
Tidak biasanya Cakka langsung sadar kalo ini hari Minggu.

Biasanya Cakka bangun dengan malas, mengucek mata, meregangkan otot, menyibak tirai dan kaget. Kaget melihat alam sudah terang, terburu-buru mencari handuk yang lupa ditaruh dimana.
Setelah ketemu, mandi dengan waktu teramat singkat.
Setelah semua terasa sempurna, dan ready steady go, Cakka baru sadar. "Ah, ini kan hari Minggu!!!”

Namanya Cakka.
Cakka senang menjadi diri-nya, meski kakaknya bilang Cakka terlalu santai.
Yah, untuk apa terlalu sibuk di usia 12?
Cakka hanya ingin melakukan hal yang ingin dilakukan dan penting baginya.
Minggu ini penting.
Cakka dan Ayah akan berangkat ke Bandung, meluangkan seminggu untuk melakukan beberapa tes ujian masuk ke Sekolah Gema Bhakti.
Dan, berencana stay disana, hingga pengumuman siswa yang lulus diberitakan.
Selanjutnya, kalau masuk, Cakka tidak akan kembali ke rumah dulu, langsung meneruskan perjalanannya, seperti registrasi dan memulai kegiatannya di Gema Bhakti.

Cakka menatap ruangan kamar yang penuh dengan poster Band Laruku, band favorit, mungkin saja ini terakhir dia tidur di kamar ini.
Cakka tarik seprai dan menepuk bantal. Selimut digulung sekenanya, memincingkan mata, apa ini sudah tampak wajar dan pantas dikatakan rapi. Ah peduli amat.

Cakka berjalan hendak mandi, mundur sebentar memandang wajah di cermin lemari. Hmm. Cakka lepas piyama. Menarik handuk. Take a shower. Brrr, ini lah untuk pertama kalinya, dia melakukan ritual mandi lebih pagi. Jam setengah enam.
Ini benar-benar mandi terpagi dalam sejarah hidupnya.
Dan, Cakka melakukannya atas inisiatif sendiri.

Selesai mandi dan berdandan. Cakka pun menuruni tangga rumah, melenggang menuju ruang makan. Biasanya dia makan sebelum mandi.
Jadi, saat Ayah melihat dia muncul dengan wajah segar bugar. Beliau yang sedang menikmati kopi, bengong.

“Ayah tidak sedang mimpi, kan, Cakka?” Godanya. Cakka mengedipkan mata, lalu ketawa.
“Gak gitu juga reaksinya. Kan, Cakka jadi malluuu..” Ucapnya genit. Ayah geleng-geleng kepala.
“Hah? Si Kuncrit kena mantra apa tuh?” Kakak Cakka, Elang, muncul dengan muka kusut, baru bangun tidur.
Dia mengucek mata seolah tidak yakin dengan penglihatannya. Cakka pura-pura gak denger, menyibukkan diri dengan roti dan selai kacang.

“Pagi-pagi udah disuguhi pemandangan yang asing.” Sindir Elang.
Cakka melahap rotinya dengan ekspresi menikmati berlebihan. Elang berjengit ngeri.
“Kamu yakin ga ikut ke Bandung, Lang?” Tanya ayah. Cakka memberikan sandwich buatannya kepada ayah di atas piring. “Thanx.” Ucap ayah.
Elang malas-malasan minum susu. Mbok Ipah datang membawa nampan berisi tiga mangkuk bubur yang masih panas. Menatanya, lalu pergi. Cakka bingung mau menghabiskan roti atau makan bubur yang sangat menggoda.

“Ga bisa, Yah. Aku kan mau ikut festival. Jadi, mau latihan aja di studio.” Cakka berdecak, Elang menengok. “Bener, kuncrit..” Menegaskan.
“Iya, percayaaa..” Cakka sengaja membuat Elang sebal. Sendoknya berdenting menyentuh mangkuk, kasar.
“Bagaimana sih kamu, Elang. Adikmu hendak pergi jauh, sekolah asrama, masa kamu ga bisa antar?” Ayah menegur.
“Emang udah pasti masuk ya, Yah? Ah, masih di Indonesia, kan. Minggu depan juga paling si Kuncrit udah minta pulang.” Celoteh Elang.

Cakka mengangkat sendoknya, menggerakkan dengan lucunya.
“Eits, hati-hati dengan komentar anda. Enak aja!! Tapi, tenang, aku, kan, baik. Aku sudah memafkan kata-kata Mas Elang barusan” Sahut Cakka pede.
Elang ngakak. “Kuncritt. Kuncriitt, tetep aja bocah, tapi sok-sok sekolah asrama. Unbelievable!”
“Kalian ini, bukannya lebih akur lagi. Nanti kalo udah jauh, kangen lho.” Tegur Ayah, pemandangan Cakka dan Elang saling bercanda dan mencibir sudah akrab baginya. Dia kadang gemas, melihat kedua jagoannya begitu jaim menunjukkan rasa sayang. Mereka sebetulnya sangat dekat, saling memperhatikan. Tapi, gengsi.

Elang menyikut Cakka. Cakka menarik nafas sambil menatap Elang dengan muka lelah.
“Yah, Yah. Masa tadi Mas Elang sikut jantung aku. Kekerasan dalam rumah tangga ni, Yah!” Cakka mngadu manja.
Ayah cuma mengacak rambut Cakka yang basah. Elang menyanyi nyanyi kecil.
“Ayo, berhenti main-mainnya. Cepat selesaikan sarapannya. Kita harus segera berangkat. Siang ini, pesawat take off. Moga aja ga delay.”

Cakka rakus menyuapkan roti dan bubur. Elang berjengit mual.
“Ga tergesa-gesa begitu juga. Jangan becanda dulu aja.”
Cakka nyengir, mulutnya penuh dan pipinya mengembung.
Elang memutar bola mata, maklum.

__________________________________________________________________________________
LANJUT KE FANFICT_MIMPI SANG BINTANG-PART 9 : SELIMUT BAHAGIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar