Selasa, 29 Juni 2010

FANFICT_MIMPI SANG BINTANG-PART 15 : MAKAN MALAM

LANJUTAN DARI FANFICT_MIMPI SANG BINTANG-PART 14 : BATTLE CHOIR

PART 15 : MAKAN MALAM


“Gema Bhakti mengadaptasi konsep Sekolah yang Ramah terhadap Anak, konsep yang dipelopori Marc Wetz penanggung jawab di bidang pendidikan di kantor perwakilan UNICEF untuk wilayah Thailand Utara yang kini adalah Perwakilan Negara untuk Enfants et Developement.
Manfaat dari penerapan konsep ini sangatlah jelas. Apakah kita ingin mengekspos anak-anak kepada kritikan pedas, siksaan fisik jika siswa tidak berpartisipasi dalam kelas karena keingintahuan dan bersikap proaktif seperti ketika mereka belajar?.

Banyak alasan mengapa anak-anak kesulitan untuk bersekolah dan kesulitan untuk tetap meneruskan sekolah. Ini juga menjadi rujukan adanya program beasiswa penuh di Gema Bhakti, merekrut siswa pendaftar berprestasi namun kemampuannya kurang dalam perekonomian tapi memiliki inisiatif dan motivasi tinggi, juga beasiswa bagi anak yang sangat berprestasi dan memiliki potensi besar.
Fasilitas lengkap yang tersedia di Gema Bhakti dengan adanya sistem asrama sekolah, diharapkan dapat meningkatkan standar hidup serta membantu mencari solusi rendahnya tingkat kehadiran di sekolah. Di asrama, diharapkan menjadi lingkungan belajar lebih kondusif, dan siswa lebih terawasi dan memudahkan akses untuk kepentingan pembelajaran dan kemampuannya.

Namun, Gema Bhakti tidak hanya memfokuskan pada persiapan kelas yang aksesibel dalam lingkungan fisiknya saja. Termasuk juga lingkungan sosial-psikologis. Contohnya, pembelajaran aktif, metodologi pengajaran yang terpusat pada anak dan keterampilan hidup, itu penting dan harus diterapkan secara tepat sejak awal. Partisipasi dari anak-anak, akan memberikan kontribusi signifikan terhadap tumbuhnya rasa memiliki kepada inisiatif sekolah ramah terhadap anak.
Bukti proses partisipasi adalah dengan melibatkan siswa sejak awal dalam sensitisasi Konvensi Hak Anak [KHA], visualisasi `sekolah impian' mereka, menyusun kriteria sekolah mereka sendiri, penilaian sekolah sendiri, menyusun rencana pengembangan sekolah tahunan dan monitoring proses implementasi seyogyanya dengan menggunakan perangkat monitoring yang tepat dan diadaptasikan bagi anak-anak.”


Seluruh siswa terdiam. Ada yang manggut-manggut, ada yang tatapan kosong.
Irsyad menahan kantuknya, dan dia sendiri tidak terlalu mengerti, jadi dia sudah merencanakan sejumlah pertanyaan yang akan diajukan pada kakak asuh atau pengawas inti dari pidato wakil direktur Gema Bhakti, yang merupakan pengusaha di Indonesia, yang melakukan joint venture dengan pengusaha Luar Negeri untuk mendirikan yayasan Gema Bhakti.

Setelah menyalami beberapa guru dan staff juga beberapa murid, Wakil pamit karena harus pergi ke Jakarta, katanya di Gema Bhakti pusat, yaitu sekolah asrama Gema Bhakti Sekolah Menengah Atas, Sekolah Dasar dan Taman Kanak-Kanak, akan mengadakan upacara pembukaan, sebuah prosesi tahunan yang cukup prestisius.

Kepala sekolah dan kepala asrama, meminta siswa baru mengaspirasikan keinginannya dalam secarik kertas, tentang sekolah yang di inginkan, dan membagikan pulpen dan katanya anggap itu ada hadiah pertama atas keberhasilan mereka lulus di Gema Bhakti.
Debo menuliskan, bahwa dia ingin sekolah yang mendukung bakat dan minatnya, mampu mengarahkan lebih tepat pada kemampuannya. Serta dia ingin adanya keterbukaan antara murid dan pengajar, agar bisa lebih santai dalam menyampaikan kesulitan dalam pembelajaran.

Irsyad malah menulis lebih banyak, dia bahkan menuliskan ingin adanya unit televisi di tiap kamar. Dia terus menulis hingga kertasnya penuh, lalu mengagumi karya tulisnya. Dan mencium pulpen.

Suara sendok dan garpu berdentang di atas piring. Siswa baru, dan beberapa siswa lama yang bertugas menjadi panitia, OSIS dan pemandu.
Ada beberapa guru dan staff sekolah, dan petinggi sekolah.
Mereka makan malam dengan tertib. Tak ada yang makan berdecap. Bahkan beberapa anak tampak takut dan agak canggung.
Debo menyuapkan nasi melirik Irsyad yang berkutat dengan ayam.
Dia memperhatikan petinggi yang sudah setengah baya, mereka adalah kaum eksekutif yang membuat Gema Bhakti maju.

Para kakak kelas dengan seragam warna batik biru dan berdasi polos. Juga staff yang juga berseragam sama. Siswa baru memakai pakaian bebas namun sopan. Kebanyakan memakai kemeja. Dan celana jeans biasa.

Tadi sebelum makan malam, mereka solat Magrib bersama. Dan mendengarkan beberapa sambutan dari kepala sekolah Mrs Juwita dan kepala asrama Mrs Shinta mengenai beberapa peraturan umum.

Debo juga mendapat satu map berisi peraturan dan panduan. Siswa baru duduk berhadapan.
Debo mencoba berani melihat kearah siswi. Lalu dia beradu pandang dengan Zahra. Zahra tersenyum manis. Debo menunduk lagi.

Debo juga melihat cewek sinis yang tampak aneh saat dia dicium Mang adi.
Tapi cewek itu seperti sedang melihat Patton dengan muka sebal. Patton diam-diam menyeringai dan tangannya ‘peace’ lalu cepat-cepat sok baik makan.

Table manner Patton membuat Debo kagum. Dia mencontek beberapa perlakuan Patton, tapi tidak termasuk aksi meledek jauh nya pada si cewek sinis.

Makan malam ini istimewa.
Debo merasa mendapatkan keluarga baru. Beberapa kursi dan meja panjang masih kosong. Karena siswa masih banyak yang liburan. Staff juga guru-guru juga belum datang lengkap.

Debo merasa haru. Dia tidak pernah terbayang akan berada dengan real di Gema Bhakti dan menjadi bagian dari entitas megah seperti ini.

___________________________________________________________________________________
LANJUT KE FANFICT_MIMPI SANG BINTANG-PART 16 : OYASUMINASAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar