Selasa, 29 Juni 2010

FANFICT_MIMPI SANG BINTANG-PART 6 : CINTA PERTAMA

LANJUTAN DARI FANFICT_MIMPI SANG BINTANG-PART 5 : HARVESTING THE KNOWLEDGE

PART 6 : CINTA PERTAMA

Zahra tidak ingat tepatnya kapan.
Waktu itu dia masih terlalu muda untuk tersadar bahwa secara manusiawi hatinya tertarik pada cowok, tetangganya yang dia anggap istimewa.
Zahra tahu usia-nya sedang melalui masa pubertas. Masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual.
Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun.

Pubertas merupakan periode transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi sebab pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja. Dikatakan tumpang tindih sebab beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja dimilikinya pula.

Sejalan dengan perkembangan fisiknya, pada masa remaja juga akan terlihat jelas berbagai perubahan yang menyangkut aspek psikis, sosial dan prilakunya.
Pada masa ini mulai muncul kebutuhan akan privasi, keintiman dan ekspresi erotik. Ditandai dengan mulai tumbuh ketertarikan pada lawan jenisnya dan keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan lawan jenisnya.
Dan, persoalan mengapa dia kesulitan untuk menolak kehadiran Debo dalam tiap lamunannya, dirasa wajar.

Zahra tidak malu berkonsultasi dengan Bundanya. Bagaimanapun dia ingin punya teman curhat yang mampu memberikan solusi terbaik.
Bunda Zahra dengan bijak menanggapi. Bahwa perasaan kagum yang ditujukan untuk Debo, normal. Tak perlu malu dan merasa tertekan. Apalagi, menurut bunda Zahra, Debo anak yang baik dan sopan. Seraya menenangkan.
Debo yang tampak cuek dan tidak memperhatikan, dan perasaan Zahra yang ditujukan padanya seolah tidak direspon. Bunda bilang tak perlu cemas dan minder.
Itu bukan berarti Debo tidak suka, atau Zahra tidak menarik. Mungkin, ada hal yang lebih Debo prioritaskan. Sehingga tidak sempat untuk menyimak sikap Zahra. Lebih baik, Zahra fokus pada tanggung jawab sebagai pelajar, lebih berprestasi, supaya nantinya Debo tersadar dan bisa kagum padanya.

Bunda Zahra sangat mengerti bahwa selama masa penyesuaian remaja akan bersikap irasional, mudah tersinggung dan sulit dimengerti. Hal ini karena adanya konflik dalam dirinya, frustasi, kebimbangan dan bahkan mungkin keputusasaan. Kehadiran problem emosional bervariasi antara setiap remaja.

Berita Debo yang akan menolak beasiswa di Gema Bhakti, Zahra ceritakan dengan berapi-api, dia agak kesal karena Debo menyia-nyiakan peluang besar yang hampir semua anak inginkan.
Zahra juga bete banget karena Debo tidak tampak sedih saat Zahra mengatakan akan pindah.

Ibunda Zahra mendengar dengan seksama. Beliau sedang memberi label pada dus besar yang tersusun rapi dengan spidol. Zahra membuntuti sambil terus mengeluarkan uneg-uneg-nya.
Rumah Zahra sudah lenggang. Tidak ada peralatan rumah karena sudah di angkut oleh truk ke Bandung. Hanya ada beberapa dus perlengkapan rumah tangga. Koper berisi baju. Dan satu unit springbed berikut bed cover.
Mereka pindah karena ayah Zahra pindah dinas ke kabupaten Bandung. Dan, bisnis perhotelan mereka, dipercayakan untuk dikelola oleh karyawan tetap Bunda Zahra.
Bunda duduk di atas dus besar. Zahra cemberut.

“Bunda bisa lobi Nenek Debo, gak? Dipengaruhin gitu lah.”
Bunda tersenyum geli. Zahra serius dengan ucapannya.
“Sayang, Nenek Debo pasti udah mempertimbangkan segalanya. Bunda gak punya hak untuk menentang pilihannya, kan?”
“Yah, Bunda mah. Ah, lihat aja. Besok sebelum berangkat, aku mau menemui Om-nya Debo. Sama Neneknya juga, deh. Aku kasihan sama Debo. Pasti dia kecewa banget! Gema Bhakti gitu loh, beasiswa pula.”

Bunda mengelus rambut Zahra yang agak panjang dan tebal.
“Oia, Bun, aku juga jadi, deh, daftar ke GB. Tapi yang Ujian Masuk Pusat. Boleh, kan?” Zahra menggelendot manja. Matanya merayu. Bunda mengecup kening Zahra.
“Iya!!” Senyum Zahra terkembang.
Tampak giginya yang di behel dengan pernik berwarna pink. Zahra memeluk erat.
“Duhh, Bundaku yang cantik dan menawan, Merci beaucoup, Bunda. I Love you.”

__________________________________________________________________________________
LANJUT KE FANFICT_MIMPI SANG BINTANG-PART 7 : KISAH OBIET

Tidak ada komentar:

Posting Komentar