mohon maaf lahir & batin buadd SD smuaa ..
maaf kalau selama ini q punya salah ..
met menunaikan ibadah puasa ..
RnR yap .. tingkyu .. ^^
______________________________________________________________________________________________________
Waktu terasa berjalan begitu lambat.. Itulah yang ada di benak Gita saat ini. Berulang kali Gita melirik jam tangannya. Rasanya sangat bosan harus mengikuti rapat Osis kali ini. Terlebih, mendengarkan ceramah dari sang ketua OSIS yang tak tau kapan akan berhenti.
“Gita, lo ada usul?” tanya Dayat. Rupanya, sedari tadi ia sadar, bahwa Gita sama sekali tak menyimak perkataannya.
Gita tergagap. “Hah?”
Dayat menghela nafas berat, “Lo gag dengerin gue kan, tadi?”
“Maaf deh, kak..” ucap Gita dengan tampang sememelas mungkin.
Dayat menghela nafas pelan, lalu mengedarkan pandangan ke seluruh anggota OSIS, “Jadi, ada yang punya usul, acara apa yang sekiranya menarik, untuk pensi tahun ini?”
Irva mengangkat tangan. Dayat mempersilahkannya bicara. “Kan acara utama kita, duel Brothers On 3, yang tentu saja berhubungan dengan musik. Jadi, gimana kalau kita ngambil suatu acara sampingan yang identik dengan musik juga?”
Dayat mengangguk-angguk setuju.
Cahya menambahkan, “Kita bisa menampilkan berbagai jenis aliran musik. Mulai dari jazz, sampai rock.”
Gita mengangkat tangannya cepat. Setelah sedari tadi ia diam karena tak mengerti topik. “Lalu setelah kita menampilkan berbagai jenis musik, di akhir acara, kita bisa menggabungkan musik itu menjadi satu kesatuan lagu.”
“Ide bagus.” ucap Abner.
“Yap.. Gue juga setuju..” sahut Kiki.
Dayat mengangguk-angguk.
“Baiklah.. Deal!” ujar Dayat kemudian.
-
Debo menghentikan langkahnya. Ia memandang poster yang tertempel pada dinding di depannya. Ya.. Poster yang ia lihat di hari pertamanya sekolah disini. Ternyata memang wajah Obiet terpampang jelas di poster itu. Bersama dengan dua orang anggota Brother On 3 yang lain.
Biarkan watu teruslah berputar
Berteman denganmu penuh rasa sabar
“De?” panggil Patton.
Debo menoleh ke arah Patton.
Patton melihat sekilas poster itu, “Oh ini.. BO3 bakal perform besok..”
Debo memandang kembali poster itu, dan mendapati tulisan Brothers On 3, beserta info yang mengatakan bahwa mereka akan perform besok. Kemudian, Debo memasang tampang bertanya-tanya pada Patton. Ia tak mengerti.
“Mereka punya band legendaris. Banyak orang yang kagum akan kedahsyatan mereka waktu nge-band. Hhm .. Seandainya aku bisa mengalahkan mereka di duel BO3 tahun ini, aku gag akan sungkan-sungkan buat mempermalukan mereka.” ucap Patton berapi-api.
“Duel BO3?” tanya Debo.
Patton mengangguk, “Setiap tahun, sekolah ini mengadakan suatu.. yaagh.. bisa dibilang semacam lomba band yang akan diaudisi untuk mendapatkan satu band terbaik. Lalu, satu band yang terpilih akan melawan band BO3 di pensi nanti..”
Debo mangut-mangut. “Kamu gag tertarik?”
Patton terdiam. Sebenarnya ia tertarik juga. Sangat tertarik.. “Tertarik sih.. Tapi ya mana mungkin bisa..”
“Gag ada salahnya dicoba, kan?” tanya Debo.
Patton terhenyak. Ia mengerti maksud Debo. Lalu, sekejap kemudian, ia mengangguk pasti. “Oke! Kita berjuang bersama!”
Debo mengangguk, dan tersenyum. Lalu, ia menatap gambar Obiet pada poster. “Biet.. Tunggu aku..” ucapnya dalam hati.
-
“Sial!” seru Cakka keras sembari mendudukkan dirinya kasar diatas kursi.
“Hei! Lo kenapa, Bro?” tanya Irsyad yang heran melihat gelagat Cakka, yang tiba-tiba datang, lalu marah-marah tak jelas.
Cakka menatap tajam ke arah Irsyad dan Obiet, “Oik! Dia aduin kita colut ke Bu Ira!”
Obiet tersentak.
Irsyad menghela nafas pelan, “Kirain apa, Cak. Tenang aja.. Perkataan Oik gag bakal ditanggapi sama Bu Ira. Dijamin deh, Bu Ira gag bakal pernah berani ngasih hukuman atau apa ke kita.”
“Bukan itu, Syad. Yang gue gag habis pikir! Kenapa dia berani banget sama kita?!” ucap Cakka emosi.
Obiet panik. Ia takut Cakka akan melakukan suatu hal yang buruk pada Oik. “Udahlah Cak.. Masalah kecil aja lo besar-besarin..” ucapnya dengan maksud menyurutkan masalah.
“Masalah kecil, lo bilang? Ini menyangkut nama baik kita, Biet!” ucap Cakka keras.
Dalam hati, Obiet menyesal telah mengucapkan kata-kata itu. Bukannya menyurutkan masalah, justru malah menambah masalah.
“Kita harus buat perhitungan sama dia..” putus Cakka selanjutnya.
-
Shilla dan Angel berulang kali menoleh heran ke arah Sivia yang sedari tadi tampak murung. “Via, lo napa sih?” tanya Shilla.
Sivia mendesah, lalu menceritakan kejadian kemarin pada kedua sohibnya.
“Mendingan lo suruh kakak lo gag usah deketan lagi deh sama tu anak..” saran Angel.
“Yaagh.. Lo tau sendiri kan, kakak gue gimana? Dia tu keras kepala!” ujar Sivia.
“Tapi.. Demi kebaikan dia.. Kenapa gag? Lo pasti bisa vi, maksa kakak lo. Lo kan jago maksa!” ucap Shilla memberi semangat.
Sivia melotot ke arah Shilla, “Lo muji apa ngeledek?”
Gabriel, Sion, dan Riko berlari mendekati mereka bertiga, untuk melepas lelah seusai berlatih basket. Sion duduk di sebelah Sivia, kemudian meluruskan kakinya. Gabriel mengambil air mineral dari dalam tas dan meneguknya. Sementara Riko, duduk di depan Sivia, dan bertanya, “Ada apaan nih?”
Sivia mendengus, dan berujar, “Itu.. Kakak gue.. Kemarin pulang-pulang, gue liat mata dia sembap. Terus gue tanyain.. Dia bilang Obiet gag nepati janjinya buat ketemu dia..”
Gabriel tersedak.
“Aduuh ieel.. Makanya kalau minum pelan-pelan..” omel Angel sembari menepuk-nepuk keras punggung Gabriel.
Sivia melirik sekilas ke arah Gabriel yang masih terbatuk-batuk.
“Terus? Habis itu.. Zahra-nya cerita sesuatu gag, tentang Obiet, ke lo?” tanya Sion.
Sivia mengangguk, dan berkata, “Dia cuma bilang, kalau dia kecewa..”
Gabriel terdiam.. Lalu sejurus kemudian, ia beranjak dari tempat itu.. Ada suatu niat yang harus ia lakukan..
“Iel? Lo mau kemana?” teriak Angel.
Sivia pun beranjak berdiri, dan mengikuti Gabriel.
-
Oik tersudut saat Cakka, Obiet, dan Irsyad mendatanginya. Sementara Rahmi dan Agni, yang semula sedang bersama Oik di halaman sekolah, segera pergi untuk mencari bantuan.
“Apa lo gag tau konsekuensi yang bakal lo dapet, kalau lo berani sama kita?” tanya Cakka tajam.
Oik menatap Cakka, kesal. Dia sudah keterlaluan dan gag bisa dibiarin! “Kamu pikir, aku bakalan takut, gitu?”
Obiet terkejut melihat Oik berkata seperti itu. Ia sungguh takut jika masalah ini akan bertambah runyam.
“ee .. Lo berani banget ya?” bentak Irsyad seraya mendorong Oik hingga gadis itu terjatuh di tanah.
Lagi-lagi, Obiet terkejut melihat sikap Irsyad terhadap Oik, “Syad! Gag usah pake kasar kali!”
“Cewek kayak dia harus dikasarin, Biet..” jawab Irsyad enteng.
Cakka jongkok di depan Oik dan menatap muka Oik yang telah basah karena air mata. Lalu, ia menyunggingkan senyum sinisnya. Diambilnya kaca mata Oik, dan ia lemparkan asal ke belakang.
Oik meraba-raba sekitarnya. Ia tak bisa melihat tanpa kaca matanya. Air matanya pun keluar semakin deras.
Obiet tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia tak mungkin membantu mengambilkannya. Ini sama saja, terlihat seperti memihak kepada Oik.
“Ini konsekuensinya.. Sekali lagi lo berani sama kita.. Gue gag segan-segan buat ngeluarin lo dari sekolah ini..” ucap Cakka tajam. Kemudian, ia kembali berdiri, dan berbalik beranjak dari tempat itu. Irsyad dan Obiet ikut berbalik.
Tiba-tiba, langkah Cakka terhenti. Obiet melihat ke arah Cakka dan penasaran mengapa ia berhenti. Kemudian, perhatiannya terpusat pada beberapa orang yang berdiri di depannya. Agni.. Rahmi.. Patton.. dan.. DEG! Obiet sempat tak mempercayai penglihatannya. “De..Debo?” serunya pelan, tak percaya.
Meski sakit hati ini kau tinggalkan
Ku ikhlas tuk bertahan
“Minta maaf padanya..” ucap Debo tajam.
Rahmi dan Agni segera menghambur ke arah Oik, dan mengambil kaca mata Oik yang tergeletak di tanah, lalu memberikannya kembali pada Oik.
Cakka mendesah lalu melipat tangannya di dada. “hah?”
“Minta maaf padanya..” ulang Debo tajam. Tangannya mengepal kuat.
Cakka tertawa sinis, “Apa? Gue gag denger!”
“MINTA MAAF PADANYA!” seru Debo. Sedetik kemudian, kepalan tangannya mendarat di pipi Cakka.
Obiet dan Irsyad terkejut. Begitu pula dengan Patton. Patton pun segera berbalik untuk memanggil guru-guru yang sekiranya bisa membantu melerai mereka.
Cakka terhenyak. Pipinya berdenyut hebat. Seketika emosinya naik, Ia menatap Debo penuh amarah.
Irsyad segera melayangkan pukulan di pipi Debo, “Lo gag tau siapa kita?!”
Debo hendak membalas, namun tangan Irsyad mendorongnya hingga ia terpojok di dinding. Tangan kiri Debo pun telah tercengkeram kuat oleh Irsyad.
Cakka berjalan mendekati Debo, dan memukul keras pipi kanan Debo.
Obiet tersentak. Dadanya sesak. Ia tak tega melihat sahabat kecilnya diperlakukan sekejam itu oleh Cakka dan Irsyad. Di satu sisi, ia ingin menolong Debo. Namun, di sisi lain, ia tak bisa berbuat itu, kalau ia memang ingin bertahan lama di sekolah ini.
Debo berontak. Tangan kanannya berusaha melepaskan cengkraman tangan Irsyad dari tangan kirinya.
“Biet!” panggil Irsyad. Lalu memberi kode mata agar Obiet membantunya dengan mencengkeram tangan kanan Debo.
Selama beberapa detik, Obiet sempat bimbang. Ia hanya bisa berdiri terpaku.
Debo menatap Obiet. Ia sungguh menaruh harap agar Obiet masih menganggapnya dan tak menghiraukan permintaan Irsyad. Ia pun semakin kuat berusaha melepaskan diri dari cengkraman Irsyad.
Cakka menoleh ke arah Obiet. “Biet! Tunggu apa lagi!”
Obiet menunduk. Tak ada pilihan lain.. kemudian, kakinya melangkah lemas ke arah Debo. Setelah itu, tangannya mencengkeram tangan kanan Debo.
Kau meninggalkanku tanpa perasaan
Hingga kujatuhkan air mata
Debo terhenyak. Seketika seluruh badannya terasa lemas. Ia shock melihat Obiet tega berbuat seperti itu padanya.
Cakka tersenyum sinis, lalu melayangkan pukulannya di pipi kanan Debo.. pipi kiri Debo..
Debo tak berdaya. Sikap Obiet kali ini telah membuat seluruh syaraf sel yang ada di tubuhnya mati. Ia sama sekali tak bisa membalas pukulan Cakka.
Dan selanjutnya, Cakka tersenyum puas, sebelum pukulan kerasnya mendarat sukses di perut Debo. Debo menyemburkan darah dari mulutnya. Obiet tercengang. Pukulan Cakka terlalu keras..
Agni mendorong Cakka, menjauh dari Debo, “Lo keterlaluan, Cak?!”
Irsyad dan Obiet melepaskan cengkraman tangannya dari Debo. Debo jatuh terduduk di tanah. Kepalanya menunduk. Pipinya lebam. Pelipisnya agak sedikit robek. Dan darah terus keluar dari bibirnya.
Kekecewaanku sungguh tak berarah,
Biarkan ku harus bertahan
Cakka mendekat ke arah Agni, “Dia yang keterlaluan..”
Oik dan Rahmi saling berpegangan tangan. Mereka menangis hebat.
Agni memukul-mukul dada Cakka dengan tangannya. “Lo.. Lo yang keterlaluan! Lo gag pernah mikir perasaan orang! Lo kejam! Lo-- Lo orang terkejam yang pernah gue temui! Gue benci lo!” ucapnya di luar kendali. Matanya basah. Tangannya mencengkeram kerah baju Cakka. Kemudian ia terduduk lemas di lantai. “Lo kejam..” ucapnya lirih. Matanya semakin deras mengucurkan air mata.
Cakka terdiam. Namun, setelah itu, ia membenarkan kerah bajunya, dan beranjak dari tempat itu. Irsyad mengikutinya. Obiet masih diam terpaku. Tangannya gemetaran. ia telah berbuat suatu kesalahan besar dengan membuat sahabat kecilnya tersebut menjadi sasaran kekejaman kedua temannya. Ia menoleh kearah Debo, yang masih tertunduk tak berdaya. Kemudian, ia menitikkan satu air mata sebelum mengikuti langkah Irsyad serta Cakka. “Maafin aku, Debo..” ucapnya dalam hati.
Debo mengangkat wajahnya dan melihat punggung Obiet yang semakin menjauh. Seketika, ia menangis.. Dadanya terasa sakit. Lebih sakit dibandingkan pukulan-pukulan dari Cakka. Ia sadar.. Obiet telah berubah.. Obiet telah berubah total..
Jangan pernah kau coba untuk berubah
Tak relakan yang indah hilanglah sudah..
--to be continued--
_____________________________________________________________________________________________________
Apa yang akan dilakukan Iel?
Mengapa Obiet begitu berusaha melindungi Oik?
Dan..
Apa yang bakal terjadi di antara Debo dan Obiet, selanjutnya?
Nantikan di
FRIENDSHIP NEVER END chapter 4 ..
*domo arigatou*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar